TARIGAN JOGYA
Diawali pada saat kerajaan Majapahit
berperang dengan kerajaan Haru (Kerajaan Karo1) dimana pada masa itu kerajaan
Haru (Karo.1) dipimpin oleh Raja Haru.1, yang di gelari dengan Maha Raja di
Raja dengan sebutan Maha raja di raja yang turun dari batu, Batu di hulu di
kata di hilir,Batu di hilir di kata di hulu, yang bermarga Sembiring Kembaren,
dengan pusat kerajaan di sekitar daerah
Bahorok kabupaten Langkat sekarang.
Karena kerajaan Haru (Karo.1) maju pesat terutama dalam perdagangan, maka
berita kerajaan ini cepat tersiar khususnya di daerah kerajaan-kerajaan di
sekitar Asia Tenggara, dan sampai juga di kerajaan Majapahit,yang kala itu
merupakan salah satu kerajaan terbesar di Asia bahkan sampai ke mdagaskar,
dengan angkatan perang yang besar dan tangguh, dipimpin oleh Pati Gajah Mada,
mendengar berita bahwa beberapa kerajaan di sekitar Majapahit mengalami
kemajuan pesat, maka Kerajaan Majapahit merasa was-was dan tersaingi,merasa
terpojokkan.
Sehubungan dengan wibawa dan menjaga
keamanan kerajaan Majapahit,maka majapahit berkeinginan untuk menaklukkan
beberapa kerajaan yang dianggap maju pesat,dan untuk keinginan itu maka Patih
Gajah Mada bersumpah untuk menaklukkan beberapa kerajaan yang ada di
sekitarnya, dan sumpah itu terkenal dengan sebutan : Sumpah Palapa yang berbunyi : “ Saya (Patih Gajah
Mada ) tidak akan memakan buah palapa sebelum saya mengalahkan kerajaan Pajang,
Dompo, Haru……dst, Haru inilah kerajaan Karo 1 yang dipimpin oleh Maha Raja di
Raja yang turun dari batu, Batu di hulu dikata di hilir,Batu di hilir di kata
di hulu, yang mempunyai Keris yang sangat sakti mandraguna di sebut dengan : Piso
Bala Bari
Kerajaan Karo 1 ( Haru ) dengan
kemajuan yng pesat menguasai darah mulai dari sebagian Aceh sampai ke
perbatasan Pagaruyung ( Kerajaan di Sumatera Barat ), Kerajaan Karo.1. ( Haru )
pada masa itu telah menggunakan Aksara dengan tulisan dari bawah ke atas dan
bahasa Karo ( Haru ) juga merupakan salah satu bahasa yang tertua di Indonesia
setelah bahasa Sangsekerta, Bahasa kawi
(Jawa kuno ) dan kemudian bahasa Haru ( Karo ).
Kemudian Pada tahun 1304 masehi Kerajaan Majapahit mulai
menyerang kerajaan Haru ( Karo ) dan berperang sampai pada tahun 1305 masehi,
dalam peperangan yang begitu hebat,angkatan perang Haru ( Karo ) di pimpin oleh
3 orang panglima besar yaitu :
1. Panglima Perminak Sagi
2. Panglima Sijagat
3. Panglima Siperumang
Ketiga panglima perang kerajaan Haru ( karo ) ini, sangatlah
sakti dan ahli dalam strategi perang, sehingga angkatan perang kerajaan
Majapahit yang begitu besarpun tak pernah kesampaian cita-citanya menaklukkan
kerajaan Haru ( karo ), Salah satu kelebihan ketiga panglima perang kerajaan
Haru (Karo) tersebut adalah kemampuannya membuat batas perang ( Mbaleng
Perang ), dimana dengan menggunakan peralatan perang sejenis serbuk (bubuk mbaleng pecah Perang
) yang dapat di taburkan dengan mudah di arena peperangan. Serbuk perang
tersebut di taburkan dengan berbentuk garis batas, guna membatasi musuh masuk lebih jauh ke daerah kerajaan
Haru ( karo ), sehingga daerah kerajaan Haru ( karo ) dapat di bentengi dengan taburan serbuk perang yang di taburkan
memanjang berupa garis batas.
Serbuk perang tersebut di taburkan memanjang di sepanjang
Alur-alur sungai petani
(lau Petani) sampai daerah penatapan yang merupakan daerah hulu sungai
petani di dekat tahura berastagi sekarang yang berdekatan dengan Gunung Barus (
Deleng Barus ). Hal ini dilakukan karena masuknya tentara kerajaan Majapahit,
mulai dari daerah pantai atau daerah hilir sungai petani.
Kelebihan
dan kehebatan serbuk perang tersebut yang di buat oleh ketiga panglima perang
Haru ( karo ) tersebut, adalah dapat mengantisipasi setiap musuh yang melewati batas serbuk perang yang telah
di taburkan. Jika musuh (tentara kerajaan majapahit) melewati batas perang (
Baleng Perang ) yang berupa serbuk yang sudah di taburkan itu, maka orang
tersebut pasti mati, yang hebatnya lagi adalah, Jangankan orangnya yang
melewati serbuk batas perang tersebut, Bayangan saja pun melewati batasan
serbuk perang tersebut, maka orangnya pasti mati, walaupun orangnya belum
melewati serbuk batas perang itu, tapi bayangan orang itu sudah melewatinya,
maka orangnya akan tewas. Oleh sebab itu banyak sekali tentara-tentara kerajaan
Majapahit yang tewas di alur-alur sungai petani sampai ke daerah penatapan (
Sampuren Kulikap ) di daerah Tahura Berastagi sekarang.
Dengan
situasi perang yang demikian ,sangat membingungkan tentara kerajaan Majapahit
untuk dapat melewati lebih jauh kedalam wilayah kerajaan Haru ( karo.1
),sehingga kerajaan Majapahit tidak pernah mampu mengalahkan kerajaan Haru (
Karo ) sampai akhir tahun 1305 Masehi, tetapi karena begitu hebatnya dan
dahsyatnya perang tersebut,ditambah lagi begitu besarnya pasukan Majapahit,Maka
sebagian daerah Haru ( karo ) yang tidak di batasi oleh serbuk perang, tentara
Majapahit dapat masuk melalui jalur tersebut, seperti halnya dari wilyah
Alas-Gayo (sekarang Aceh Tenggara) yang pasukan Haru ( Karo ) di daerah
tersebut di pimpin oleh Panglima Udan, sehingga kerajaan Haru ( karo )
berantakan dan tercerai –berai,walaupun tidak sempat terkalahkan oleh kerajaan
Majapahit.
Maka pada
akhir tahun 1305 Masehi itu, sebagian kerajaan Haru ( karo ) di alihkan menjadi
kerajaan Batak Raya yang di pimpin oleh Raja Sisingamangaraja 1 ( Raja
gulang-gulang) dan daerah Haru ( Karo ) lainnya seperti taneh Simelungun
menjadi Simalungun dan daerah pakpak serta daerah Alas dan gayo ( Sekarang Aceh
Tenggara ), kemudian pada daerah-daerah pantai menjadi suku bangsa Maya-maya (
sekarang melayu ).
Bersamaan
dengan itu pula,sebagian tentara kerajaan majapahit yang selamat dari perang
dan tertawan di jadikan tawanan perang, dan kemudian berbalik untuk bergabung
denga Haru ( karo ) yang di sebut : Jintera majapahit si ngelandih ku Haru (
karo ), yang kemudian menyesuaikan diri dan masuk ke dalam sub merga-merga yang
ada di karo, ke sub merga Ginting, perangin-angin dan karo-karo. Kemudian
tentara Haru ( karo ) yang di tawan oleh tentara Majapahit di jadikan tawanan,
dan di bawa pulang ke Majapahit sebagai tawanan perang kerajaan Majapahit, yang
kemudian sebagai tawanan di tempatkan di berbagai tempat. Sebagian tawanan (
tentara kerajaan Haru ) itu, di tempatkan di daerah lereng Pegunungan Tengger (
sekarang Jawa timur ), sebagian lagi di tempatkan di lereng Pegunungan Gunung
Merapi bagian Tenggara ( sekarang kabupaten Klaten ) Jawa Tengah, dan sebagian
lagi di tempatkan di lereng Pegunungan Gunung Merapi di bagian selatan (
sekarang Kabupaten Slamen ) Jogyakarta, serta sebagian lagi di tempatkan di
daerah Pegunungan Gunung Kidul pada gua-gua kapur ( sekarang daerah kecamatan
Ponjong ) Jogyakarta.
Sebagaimana
umumnya tawanan perang, yang harus mengikuti keinginan penguasa saat itu,dan
bagi tawanan juga demi menjaga keamanan dan keselamatan dirinya, maka para
tawanan perang dari kerajaan Haru ( Karo
) itu,berusaha beradaptasi dan menghilangkan identitas jati dirinya dan terus
berbaur bersama masyarakat sekitarnya.tetapi beberapa orang yang di tawan
didaerah pegunungan tengger yang masih terisolasi tetap mempertahankan budaya
asalnya,walaupun identitas jadi dirinya seperti marga sudah dihilangkan sama
sekali. Disamping itu beberapa orang tawanan asal kerajaan Haru ( Karo ) masih
tetap mempertahankan identitas jati dirinya, dengan membentuk dan menambah
identitas baru pada identitas jati diri marganya dari daerah asalnya
seperti Tarigan Jogja , yang di
tawan di daerah lereng Pegunungan Gunung Merapi di bagian selatan ( sekarang
kabupaten Sleman ) Jogyakarta, Marga Tarigan Jogya adalah merupakan tawanan perang tentara
kerajaan Majapahit pada akhir tahun 1305 Masehi, ketika usai perang Haru
tersebut.
Oleh sebab
itu pula di daerah pegunungan tengger sering kali di lakukan upacara adat yang
mirip sekali dengan upacara adat yang ada di adat budaya karo, seperti halnya
dalam upacara pemanggilan arwah (perumah Begu ) persis sama dengan adat budaya
yang ada di karo baik itu media-media yang di gunakan dalam uparaca adat
tersebut sampai sekarang.
Medan, September 2012
Penulis.
BENNI TARIGAN JOGYA
setelah membaca tulisan ini, saya ada pertanyaan ne berarti tarigan jogya ini udah termasuk tua juga ya?? dan kenapa baru sekarang saya dengar????? terus mana lebih tua tarigan tua atau tarigan jogya??
BalasHapusSaudara Efra....,Begini jika kita amati tulisan ini,jelaslah kita ketahui mana yang lebih tua diantara Maarga Tarigan tua dengan tarigan Jogya,sebab Kerajaan Haru (Karo,1)pada tahun 1305 masehi sudah usai berperang dengan Kerajaan majapahit, kemudian terjadilah tawan menawan pasukan perang,tentara Haru yang di tawan Majapahit di bawa ke Jawa (Majapahit), sementara jauh sebelum terjadi perang antara Haru(Karo)dengan Majapahit Marga-marga di Karo sudah ada seperti halnya Merga Tarigan Tua Tersebut, Jadi dapat disimpulkn bahwa Merga Tarigan Tua jauh lebih Tua dari Merga Tarigan Jogya, semoga Jawaban ini dapat memuaskan Sudara Efra..., trima kasih Atas komentar anda, Mejuah-Juah...
BalasHapusMantap...
BalasHapusBenar atau tidaknya aku juga gak tahu, maklumlah kurang mengerti uga sejarahta kalak karo enda.
Tapi Ijin copy ya sen.. kan bisanya ku copy artikelndu ini untuk ku tampilkan di blogku
biar makin banyak yang lihat
Mejuah - juah..
jadi tarigan yogya masuk suku apa ya..!karo apa jawa?
BalasHapus.
Suku Karo kelahiran Jogyakarta
Hapusmohon referensi hubungan antara kerajaan batak raya dengan kerajaan haru, karena menurut keturuna langsung panglima sijagad marga kembaren tidak ada hubungan, sisingamangaraja pergi ke tanah karo karena di kejar tentara belanda, dan akhirnya menikah dengan anak sibayak sarinembah, tp karena tidak mempunyai keturunan akhiernya sisingamangaraja kembali ke tanah batak.. dan menurut beliau jg tidak pernah ada tercatat yang namanya kerajaan batak raya..bujur
BalasHapus